FENOMENA BANJIR BANDANG (Studi Kasus Banjir Bandang Wasior 2010 )
FENOMENA BANJIR BANDANG
(Studi
Kasus Banjir Bandang Wasior 2010 )
Abstrak
Banjir bandang merupakan suatu
proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan sedimen
berupa bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan pohon- pohon tumbang) yang berasal
dari arah hulu sungai. Pada tahun 2010, terjadi
banjir bandang yang menimpa delapan kampung di daerah Kabupaten Teluk Wondama
yang menimbulkan kerusakan fisik, materi dan menimbulkan korban jiwa. Kerusakan
terparah terjadi di Distrik Wasior. Berdasarkan tinjauan tipologi, dan melihat
kondisi geografi serta fenomena cuaca yang terjadi di Kabupaten Teluk Wondama,
penyebab banjir bandang Wasior disebabkan oleh tiga hal: 1) anomali cuaca yaitu
terjadi La Nina yang mengakibatkan hujan deras sehingga DAS Manggarai meluap.
2) evolusi morfologi atau perubahan bentuk tanah yang terjadi di sekitar Wasior
yang terjadi secara alami, serta 3) kondisi tektonik yaitu perbukitan tektonik
dimana banyak terdapat patahan yang berpotensi menimbulkan gempa.
Kata kunci: Banjir bandang, Wasior
Latar Belakang
Fenomena banjir merupakan
kejadian alam yang biasa terjadi pada musim penghujan. Pada dasarnya banjir
disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada sungai. Pada saat air jatuh
ke permukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi),
maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran
atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan
meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap ke udara
(evapotranspirasi). Banjir
merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir. Karena dataran banjir terbentuk akibat dari
peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari
sedimentasi banjir.
Pada tahun 2010, terjadi banjir
besar yang melanda daerah Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.
Delapan kampung terendam banjir, yakni Kampung Wasior I dan II, Kampung Rado,
Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi dan Kampung
Wondiboy. Meluapnya Sungai Batang Salai dan beberapa anak sungai lain yang
berhulu di Pegunungan Wondiwoy menyebabkan banjir di Distrik
(Kecamatan) Wasior. Fenomena banjir ini berbeda dengan banjir yang terjadi di daerah Jawa dan
Sumatera, dan
dikenal dengan Banjir Bandang Wasior. Banjir bandang
merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan
muatan sedimen berupa bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai
dengan pohon- pohon tumbang) yang
berasal dari arah hulu sungai. Banjir bandang berbeda dengan dibandingkan
dengan banjir biasa karena dalam proses banjir bandang ini terjadi kenaikan
debit air secara tiba-tiba dan cepat, meskipun tidak diawali dengan turunnya
hujan di daerah hilir sungai yang banjir, ini biasa disebab kan terbendungnya
aliran air sungai akibat dari longsoran daerah pembalakan hutan.
Karakteristik Banjir Bandang
Banjir
bandang merupakan banjir yang terjadi pada wilayah dataran rendah yang dipicu
oleh curah hujan tinggi atau terdapat bendungan alam atau buatan yang jebol.
Kondisi ini terjadi jika tanah menjadi sangat jenuh dengan air dan volume air
tersebut tidak dapat diinfiltrasikan ke dalam tanah, sehingga menyebabkan
terjadinya luapan air dengan cepat pada sisi tebing yang akan menyapu berbagai
macam material yang terdapat sepanjang daerah aliran. Karakteristik Banjir
bandang :
- Memiliki debit puncak yang melonjak dengan
tiba-tiba dan menyurut kembali dengan cepat
- Memiliki volume dan kecepatan aliran yang besar
- Memiliki kapasitas transpor aliran dan daya erosi
yang sangat besar sehingga dapat membawa material hasil erosi (kaki
tebing, dasar alur sungai, bahan rombakan bendungan alam) menuju arah
hilir
- Aliran yang membawa material debris dapat
menimbulkan bencana sedimen di daerah hilir (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2012).
Kondisi Geografis
Secara umum Kota
Rasiey merupakan bagian dari Kabupaten Teluk Wondama yang teletak pada 0o15' - 3o25' LS dan 132o35'
- 134o45' BT. Kota Rasiey terdiri dari 3 distrik yaitu Distrik Wasior,
Distrik Wondiboy dan Distrik Rasiey dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara
:
Berbatasan dengan Distrik Teluk Duairi
Sebelah selatan
: Berbatasan dengan Distrik
Naikere
Sebelah barat
:
Berbatasan dengan Distrik Kuri Wamesa
Secara administrasi
Kota Rasiey terdiri dari 3 distrik dan 22 kampung serta 1 kelurahan yang
terdapat pada kawasan Ibukota Kabupaten Teluk Wondama. Pusat kegiatan lokal,
kawasan perkotaan Rasiey ini wilayahnya membentang dari Sungai Mawoy sampai
Kampung Sendrawoy Distrik Rasiey. Luas Wilayah dan letak
geografis kawasan perkotaan Ibukota Rasiey, Kabupaten Teluk Wondama yang
membentang dari Sungai Mawoy Distrik Wasior sampai Kampung Sendrawoy Distrik
Rasiey, disertai presentase luas wilayah dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Luas dan Letak
Geografis Distrik Ibukota Raisey
Distrik
|
Luas
|
Persentase
(%)
|
Bujur
|
Lintang
|
Wasior
|
1158.2
|
48
|
134,50427o
BT
|
2.72363o
LS
|
Rasiey
|
1041
|
43
|
134,52150o
BT
|
2.81427o
LS
|
Wondiboy
|
233.1
|
9
|
134,53112o
BT
|
2.80793o
LS
|
Total
|
2432.3
|
100
|
Sumber: BPS Kab. Teluk
Wondama, 2011
Kondisi
Topografi
Kabupaten Teluk Wondama mempunyai bentang alam yang
datar dan
luas dan kaki perbukitan yang curam. Pada daerah hulu memiliki ketinggian
>1000 mdpl, sedangkan daerah daratan paling rendah memiliki ketinggian
<200 mdpl, dengan kemiringan
lereng bervariasi <2% hingga berbukit dan bergunung dengan lereng
>40%. Tempat tertinggi terletak pada puncak Pegunungan
Wondiboy dengan ketinggian 2.340 meter diatas permukaan laut. Dataran pegunungan
ini merupakan cagar alam yang luasnya sekitar 73.002 ha. Bentang lahan ini membentuk lereng yang sangat curam
yang berpotensi longsor. Daerah datar terdapat di sekitar aliran Sungai Wosimi
(Distrik Wasior Barat dan Wasior Selatan) dan dalam luasan sempit di pesisir
pantai.
Kecamatan Wasior lokasinya sekitar 5 km dari kaki gunung Wondiwoy dan persis berada di mulut sungai. Selain itu, Kecamatan Wasior
merupakan dari bagian cagar alam Wondiboy. Cagar
alam Wondiwoy memiliki kontur yang curam dan berupa pegunungan. Kondisi
iklim di Wasior perubahan cuaca relatif cepat. Kondisi tanah di Wasior cepat rapuh dan
lembek. Kondisi tanah yang demikian, merupakan pengaruh akibat terlalu dekat
dengan hutan cagar alam yang memang gembur tanahnya. Papua Barat memang memiliki topografi yakni gunung
curam. Oleh karena itu, banyak kawasan cagar alam atau konservasi. Karena
topografinya yang curam, kawasan ini apabila penggunaan lahannya salah, akan
menyebabkan longsor.
Tabel 2. Nama dan Ketinggian
Gunung di Kabupaten Teluk Wondamama menurut Distrik
DISTRIK
|
Nama
Gunung
|
Ketinggian (m)
|
Wasior
|
Wondiboy
|
2.340
|
Waisa
|
957
|
|
Waropen
|
541
|
Sumber: BPS Kab. Teluk
Wondama, 2011
Berdasarkan
ketinggiannya, Wilayah Kawasan Ibukota Kabupaten Teluk Wondama dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Ketinggian 0 – 100 mdpl; Merupakan dataran rendah yang sebagian besar
berada di pesisir pantai dalam luas yang sempit.
- Ketinggian 100 – 1.000 mdpl; Merupakan kawasan perbukitan yang hampir terdapat
di seluruh wilayah.
- Ketinggian di atas 1.000 mdpl; Kawasan dengan ketinggian ini merupakan
dataran tinggi pegunungan seperti Pegunungan Wondiboy.
Gambar 1. Tipologi
Kelerengan Di Kawasan Ibukota Kabupaten Teluk Wondama
Sumber: RDTR Kab. Teluk Wondama, 2011
Faktor-faktor penyebab
banjir Wasior
Banjir bandang yang melanda Wasior, Teluk Wondama,
Papua Barat, adalah hasil dari anomali cuaca. Salah satu penyebab terjadinya
anomali cuaca adalah munculnya La Nina ketika suhu muka laut di barat wilayah
khatulistiwa Pasifik mendingin. Dampaknya, hujan deras terjadi pada musim kemarau. Karena kemampuan wilayah yang tidak seimbang menangkap air maka di Daerah Aliran Sungai (DAS) Manggarai meluap sehingga terjadi
banjir. Tiga sungai yang ada, yaitu
Sungai Sanduai, Sungai Anggris, dan Sungai Manggarai meluap dan bendungan yang
terbentuk ini akhirnya tidak kuat menahan air. Terlebih lagi dengan
karakteristik sungai di sana yang berbentuk huruf V. Air kemudian meluncur
dengan kecepatan tinggi dan volume yang besar. Air limpasannya mengalir
sedemikian kencang akibat lintasan sungai yang relatif lurus memanjang.
Kencangnya arus air kemudian
membongkar timbunan tanah dan batang-batang pohon sisa longsoran yang menyumbat
sungai dan menimbulkan banjir bandang.
Penyebab lain dari banjir bandang di Wasior, Papua Barat dikarenakan adanya evolusi morfologi atau perubahan bentuk tanah
yang terjadi di lokasi bencana. Untuk wilayah di sekitar Wasior terdapat
pegunungan-pegunungan yang memanjang dengan ketinggian rata-rata 1.800 meter.
Dari data citra satelit yang didapat pada tahun 2009, tutupan hutan di wilayah
tersebut adalah sebesar 91,32 persen. Hal itu juga didasarkan pada perbandingan
citra satelit antara tahun 2000 dan 2009 yang menunjukkan bahwa tutupan
lahannya hanya berubah satu persen. Hampir 95 persen hutan primer masih
dalam kondisi bagus. Hutan yang berada perbukitan
merupakan cagar alam sekaligus hutan produksi terbatas. Tidak ada perusahaan
HPH (Hak pengelolaan hutan) yang beroperasi di hutan perbukitan tersebut.
Termasuk penebangan liar, mengingat topografi hutan perbukitan itu yang
tergolong curam. Tidak terlihat adanya areal terbuka yang mengindikasikan
adanya penebangan liar. Aktivitas manusia di pegunungan dan DAS sangat minim
karena kondisi topografi yang sangat curam. Hal itu diperkuat dengan fakta
bahwa hutan di Wasior merupakan cagar alam sehingga sangat dijaga dan diawasi
dengan ketat sehingga kecil kemungkinan ada kegiatan hak penguasaan hutan di
sana.
Bencana banjir bandang di Wasior dipicu kondisi
bentang alam berupa perbukitan tektonik. Wasior dilewati oleh lempeng Australia
sehingga banyak terjadi patahan atau tanah amblesan. Bagian hulu DAS Manggarai
menunjukkan bekas amblesan, sehingga membentuk lembah di antara perbukitan.
Gempa di perbukitan tektonik itu berpotensi merontokkan batuan di tebing.
Longsoran itu berpotensi membendung lembah. Gempa juga menyebabkan terjadi perubahan struktur
tanah di mana sebagian diantaranya menutupi aliran sungai sehingga air meluap.
Perubahan bentuk tanah yang terjadi berulang-ulang di wilayah datar dan terjal
menyebabkan kondisi alam tidak seimbang. Karena letak kota Wasior yang
berada di dataran rendah di bawah kaki gunung
sehingga mengakibatkan sejumlah sungai yang berada di sekitar Wasior, Papua
Barat meluap dan mengalir deras ketika curah hujan tinggi.
Longsoran tanah akibat gempa yang menyebabkan banjir
bandang di Wasior menyumbat sungai. Timbunan tanah dan batang pohon yang
terangkat dari dasar sungai membuat dampak banjir sedemikian
merusak. Analisis dari citra satelit yang didapat menyimpulkan bahwa
wilayah sejauh 6 – 7 km dari Wasior merupakan penyebab terjadinya banjir
bandang. Di wilayah tersebut terdapat dua pertemuan sungai yang tersumbat
karena longsoran yang membentuk bendungan atau timbunan. Selain itu, sebelum
hujan melanda Wasior, juga terjadi gempa di Kaimana, Papua Barat dengan 7,2
skala richter yang diikuti oleh gempa-gempa kecil. Gempa tersebut memicu
rapuhnya struktur tanah di wilayah tersebut. Penyumbatan tersebut dianalisa disebabkan adanya gempa
yang terjadi sebelumnya, sehingga membuat tanah menjadi longsor. Sumbatan
tersebut akhirnya menjadi bendungan alami sungai. Dengan lereng yang demikian
curam, ketika bendungan tak sanggup menahan massa air yang bercampur dengan
lumpur, batu, dan kayu atau pohon, air akan meluncur dengan cepat mengikuti
gaya gravitasi. Fenomena tersebut dikenal dengan aliran debris (debris flow)
yang bersamaan dengan banjir bandang (flash flood).
Gambar 2. Profil DAS WASIOR
Sumber: BNPB, 2010
Uraian Penutup
Dengan
memperhatikan uraian di atas, faktor geologi Kabupaten Teluk Wondama dan
pengelolaan DAS di Pegunungan Wondiwoy harus diperhatikan dalam pemanfaatan
lahan di Kabupaten Teluk Wondama, sehingga pencegahan untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan dari banjir bandang yang kemungkinan akan terjadi di masa yang
akan datang dapat dilakukan. Karena, daerah Kabupaten Teluk Wondama merupakan
daerah yang berpotensi terhadap ancaman banjir bandang maupun longsor. Dengan
melakukan pengelolaan DAS yang baik, serta pengawasan dalam pemanfaatan kawasan
hutan di daerah ini, bisa memperlambat laju kejadian berulang dari banjir
bandang ataupun longsor.
DAFTAR PUSTAKA
Arfina. 2014. Analisis Spasial Untuk
Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep). Universitas Hasanuddin: Makassar
Azmeri, 2013. Kajian Mitigasi Bencana
Banjir Bandang Kecamatan Leuser Aceh Tenggara Melalui Analisis Perilaku Sungai
dan Daerah Aliran Sungai. Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh
Bappeda, 2011. Rencana dan Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Teluk Wondama. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Teluk Wondama: Rasiei
BNPB, 2010. Profil 3D DAS Warior.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana: Jakarta
BPS, 2011. Kabupaten Teluk Wondama
Dalam Angka. Badan Pusat Statistik: Jakarta
KPU, 2012. Pedoman Manajemen Penanggulangan
Bencana Banjir Bandang. Kemeterian Pekerjaan Umum: Jakarta
Pelly, Dandi Arianto, 2010. Banjir
Bandang di DAS Batang Kuranji Kecamatan Kuranji, Kota Padang Dengan Sistem
Informasi Geografi (SIG). Universitas Negeri Padang: Padang
Slot Genting - Agen Slot Online Uang Asli
ReplyDelete======PROMO=====
BONUS WELCOME DEPOSIT 50%
BONUS NEXT DEPOSIT 20%
BONUS CASHBACK 5%
=========================
Minimal Deposit : Rp 10.000,-
Minimal Withdraw : Rp 50.000,-
Minimal Deposit Pulsa : Rp 15.000,-
Proses Deposit dan Withdraw hanya 2 Menit
======HUBUNGI KAMI======
Link Resmi – slotgenting
Klik disini>> DAFTAR
Whatsapp +6285740170865
LIVECHAT ONLINE 24/7
FB : SlotGenting888