PENDEKATAN SISTEM BRONJONG DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN AIR SUNGAI
PENDEKATAN SISTEM BRONJONG
DALAM
MANAJEMEN PENGELOLAAN AIR
SUNGAI *
Oleh:
Albertus Yogo Dwi Sancoko
NPM. 1406655980 **)
Abstrak
Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya erosi pada
daerah aliran sungai adalah tingkat curah hujan dan kondisi tanah. Erosi ini
dapat menyebabkan air sungai me njadi keruh karena tanah hasil erosi terangkut
bersama limpasan air sungai, sehingga perlu dilakukan penanggulangan untuk
mengurangi tingkat erosi yang terjadi di daerah aliran sungai. Penanggulangan
yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bangunan dinding penahan tanah atau
bronjong. Bronjong sangat penting dalam manajemen pengelolaan air sungai karena
dapat menahan dan memperkuat dinding tanah agar tidak jatuh dan melindungi tepi
sungai dari aliran air sungai yang dapat menyebabkan erosi.
Pendahuluan
Sungai merupakan ruas sungai yang mengalir di atas lapisan alluvial
merupakan suatu sistem yang dinamik. Sungai selalu memberikan respon terhadap
aktivitas alami dan manusia guna mencapai kondisi keseimbangan yang baru. Daerah
aliran sungai merupakan sistem hidrologi dalam suatu wilayah daratan dimana
secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai. Untuk
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, maka DAS harus dikelola dengan
baik agar DAS dapat berfungsi secara optimal.Salah satu
akibat dari pengelolaan DAS dan pengaturan lahan yang tidak dilakukan secara
benar dan tidak terencana dengan baik, dapat mempengaruhi proses terjadinya
erosi. Erosi adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau
bagian-bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Erosi dapat mempengaruhi
produktivitas lahan yang biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat
memberikan dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai) yang
berupa hasil sedimen. Dalam perencanaan perbaikan daerah aliran sungai, yang
diutamakan adalah konsep pengendalian erosi dengan baik, guna mencegah
terjadinya gerusan yang dapat menyebabkan sedimen. Dengan demikian usaha yang
perlu dilakukan adalah membuat konsep pencegahan erosi pada lahan dengan
menggunakan bangunan struktural sehingga daerah aliran sungai senantiasa dalam
keadaan stabil.
Penggunaan Bronjong Dalam Pengelolaan Air Sungai
Kemunduran kualitas lingkungan di daerah aliran sungai dapat dilihat dari
perubahan tata guna lahan yang tidak memperhatikan prinsip kelestarian
lingkungan menyebabkan terjadinya kekeruhan air pada sungai. Permasalahan
kekeruhan air tersebut disebabkan adanya tanah yang terangkut bersama limpasan
air sungai yang berasal dari tanah hasil erosi, hal ini juga dapat mengganggu
kehidupan ekosistem air dan pendangkalan pada bagian hilir.
Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan
tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air atau angin. Proses pengikisan
kulit Bumi secara alamiah ini disebut erosi alam atau dikenal juga sebagai
erosi geologi. Penyebab erosi geologi ini semata-mata oleh proses alam, tanpa
adanya campur tangan manusia. Erosi juga dapat menyebabkan merosotnya
produktifitas tanah, daya dukung tanah untuk produksi pertanian dan kualitas
lingkungan hidup. Secara keseluruhan terdapat lima faktor yang menyebabkan
dan mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu iklim, tanah, topografi atau bentuk
wilayah, vegetasi penutup tanah, dan kegiatan manusia. Erosi tanah
terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap pelepasan partikel tunggal dari massa
tanah dan tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan
angin. Pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi cukup untuk
mengangkut partikel, maka akan terjadi tahap yang ketiga yaitu pengendapan.
Salah satu cari untuk pencegahan dan penanggulangan erosi pada daerah
aliran sungai dapat dilakukan dengan cara struktural yaitu dengan membangun
bronjong. Bronjong diperlukan untuk menjaga agar tanah tetap dalam
keadaan stabil dan tidak mengalami keruntuhan/longsor. Bronjong dapat dibangun
pada daerah-daerah yang memiliki kemiringan tanah yang curam. Yang disebut
bronjong adalah “konstruksi sebagai penahan dan pelindung yang terbuat dari
anyaman dari belahan-belahan bamboo atau kawat-kawat atau dari bahan- bahan
lain, yang diisi dengan batu-batu untuk tujuan tertentu” (dikutip dari buku
Bronjong Dinas Pu). Bronjong dapat dipergunakan untuk:
1.
Melindungi dan memperkuat tebing tanah, baik lereng sungai maupun lereng
tanggul.
2.
Menjaga tepi sungai terhadap arus aliran air dan usaha menjauhkan arus
aliran air dari tepi sungai yang merusak tebing-tebingnya.
3.
Membuat bendung untuk meninggikan taraf muka air.
Berdasarkan atas bahan yang dipakai untuk bronjong, maka bronjong dibagi
atas: (1) Bronjong kawat; (2) Bronjong bambu.
Bronjong bambu dibuat dari anyaman belahan bambu-bambu yang berbentuk
silinder diisi dengan batu-batu. Garis
tengah bronjong bambu diambil 0.40 m, apabila garis tengahnya diambil lebih
besar, batu-batu dalam bronjong tidak begitu kompak dan bronjong lebih mudah
rusak. Bronjong bambu dapat tahan kurang lebih selama 1 tahun, bila keadaan
menguntungkan, pemeliharaan dan perbaikannya dilakukan pada waktunya dengan
baik, maka bronjong bambu dapat tahan lebih lama. Bronjong bambu dipergunakan
untuk pekerjaan-pekerjaaan sederhana oleh desa, karena bambu mudah didapat,
harganya murah dan pada umumnya dikerjakan oleh setiap orang.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Bronjong
bambu (b) Bronjong Kawat
Bronjong kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis
seng yang pada penggunaanya berisi batu-batu untuk mencegah erosi yang dipasang
pada daerah yang memiliki kemiringan yang sangat curam, pada tepi-tepi sungai
yang proses pengayamannya menggunakan mesin. Keuntungan bronjong kawat, antara
lain: (1) Cukup tahan lama; (2) Fleksibel, jadi dapat mengikuti perubahan
keadaan; (3) Tidak memerlukan drainase. Sifat bronjong kawat ini harus kokoh,
bentuk ayaman heksagonal dengan lilitan ganda dan berjarak maksimum 40 mm serta
harus simetri. Lilitan kawat ini harus erat tidak terjadi kerenggangan hubungan
antara kawat sisi. dan kawat anyaman dililit minimum 3 kali sehingga kawat
mampu menahan beban dari segala arah.Ukuran Bronjong kawat dapat ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 1. Ukuran Bronjong Kawat
Dengan pemasangan bronjong di sepanjang aliran sungai dapat mengurangi
resiko dan mencegah terjadinya erosi yang akan mengakibatkan sungai menjadi
keruh, selain itu dengan pemasangan bronjong juga dapat mencegah banjir.
Uraian Penutup
Untuk daerah aliran sungai yang mengalami erosi yang terjadi rata-rata
lebih besar dari pada erosi yang diijinkan, erosi yang diijinkan antara 2.5 –
12.5 ton/ha/th (Suripin, 2001 : 61 yang disebabkan oleh banyaknya faktor yang
telah disebutkan sebelumnya, untuk itu diperlukan suatu usaha penanggulangan
erosi, dikarenakan erosi dapat menimbulkan permasalahan yang cukup besar
terhadap suatu area DAS. Usaha penanggulangan erosi salah satunya dapat dilakukan
dengan cara struktural yaitu dengan menggunakan sistem bronjong. Pencegahan
erosi juga sangat penting, salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan cara
vegetasi karena vegetasi mempunyai pengaryh yang bersifat melawan pengaruh
faktor-faktor yang erosif seperti hujan, topografi, dan karakteristik tanah.
Daftar
Pustaka
Asdak,C; 2002.
Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press,
P.O Box 14, Bulaksumur, Yogyakarta.
Supli.Effendi.Rahim; 2000.
Pengendalian Erosi Tanah. PT. Bumi Aksara.
Suripin;2001.Pelestarian Sumber
Daya Tanah dan Air. Andi Yogyakarta.
______________, 2000. Restorasi
Ekologi Bantaran Sungai di DKI Jakarta. Departemen
Geografi FMIPA-UI. Depok.
____________,
2007. Pengelolaan Kawasan Konservasi Sempadan Sungai (Studi Kasus Ciliwung). Naskah
Akademik Dalam Rangka Rapat Koordinasi Penetapan Status Ekologis Ciliwung
Segmen hulu, tengah dan hilir. BPLHD DKI Jakarta, Casablangka, 30 Juli 2007.
Comments
Post a Comment